Wednesday 18 February 2015

Jangan Lakukan ini Pada Pasien Kondisi Gawat Darurat


Umumnya, orang awam akan kesulitan untuk mengenali kondisi gawat darurat korban kecelakaan atau pasien dengan penyakit tertentu. Hanya petugas medis atau orang-orang terlatih saja yang dapat memahami kondisi tersebut. Mereka umumnya juga dapat melakukan tindakan yang tepat dengan risiko yang kecil.

Meskipun demikian, orang awam sebenarnya juga bisa membantu menangani orang dengan kondisi gawat darurat, setidaknya dengan tidak melakukan hal-hal tertentu yang dapat memperburuk kondisi pasien.

Menurut Litacha Tamlicha, MARS dari RSU Bunda Jakarta, orang awam akan kesulitan dalam mengenali kasus emergency (darurat) dan proses penanganannya. Kasus emergency dapat berupa penyakit atau kecelakaan. Perlu edukasi kepada orang awam. Orang di luar profesi non-medis juga dapat mengenali tanda-tandanya dengan mengikuti pelatihan.

Hal-hal yang perlu dihindari pada kondisi gawat darurat

Orang awam memang tidak mudah mengenali kondisi gawat darurat, namun masih bisa membantu menyelamatkan pasien. Caranya adalah dengan tidak melakukan hal-hal tertentu yang bisa memperburuk kondisi pasien, diantaranya adalah:

Membaringkan pasien

Membaringkan pasien dengan kondisi gawat darurat dapat membuatnya sulit bernapas. Menurut dokter Ahmad Riviq said, dokter spesialis anestesi, ketika pasien mengalami penurunan kesadaran, pastikan ia tetap dapat bernapas. Maka dari itu, jangan membaringkan pasien dengan posisi kepala yang membuat lidah jatuh ke belakang. Posisi tersebut bisa menyumbat pernapasan yang pada akhirnya akan mempersulit pasien untuk bernapas.

Sulitnya bernapas juga dapat disebabkan oleh penyumbatan cairan yang menyebabkan pasien sulit untuk menelan ludah. Kalau anda menemukan pasien gawat darurat dengan kondisi seperti itu, maka rebahkan pasien dengan dengan posisi miring seperti sedang memeluk guling. Hal ini dengan catatan bahwa pasien bukan pasien trauma. Memiringkan tubuh pasien dapat membantu pernapasan karena cairan akan mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga saluran napas pasien tidak tersumbat. Posisi ini disebut posisi mantap (recovery position).

Posisi mantap, menurut Riviq, perlu dilakukan walaupun pasien diketahui masih bisa bernapas. Jika pasien tidak dibaringkan miring meskipun tetap bisa bernapas, cairan akan masuk ke saluran napas dan bisa menyumbatnya.

Jangan diberi minum

Menurut dr. IGAE Nari Laksmi Dewi, dokter spesialis Bedah, pasien dengan kondisi gawat darurat sebaiknya tidak diberi minum. Orang awam umumnya memberi minum pada pasien ketika ia dalam kondisi gawat darurat. Mungkin ini dimaksudkan agar pasien lebih tenang, namun sebenarnya cara ini tidak tepat. Laksmi menuturkan bahwa pasien sebaiknya dipuasakan dan tidak diberi minum. Hal ini untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi ketika waktu pembiusan. Ia menambahkan, perut pasien akan penuh jika diberi minum. Ketika pasien dibius di rumah sakit, ia bisa muntah, dan muntahannya berisiko masuk ke paru-paru.

Jangan sembarangan memindahkan pasien

Pada kasus gawat darurat korban kecelakaan, sebaiknya jangan terlalu gegabah dalam memindahkan si korban. Menurut Riviq, pada kondisi trauma, korban harus ditangani oleh seorang yang ahli. Jangan sampai maksud menolong justru malah menambah parah kondisi korban. Misalnya kejadian kecelakaan di jalan, korban tidak bisa dipindahkan sembarangan. Memindahkan korban dalam kondisi gawat darurat secara keliru dapat berakibat fatal, bahkan meninggal.

No comments:

Post a Comment