Umumnya, orang awam akan kesulitan untuk mengenali kondisi gawat darurat
korban kecelakaan atau pasien dengan penyakit tertentu. Hanya petugas medis
atau orang-orang terlatih saja yang dapat memahami kondisi tersebut. Mereka
umumnya juga dapat melakukan tindakan yang tepat dengan risiko yang kecil.
Meskipun demikian, orang awam sebenarnya juga bisa membantu menangani orang dengan kondisi gawat darurat, setidaknya dengan tidak melakukan hal-hal tertentu yang dapat memperburuk kondisi pasien.
Menurut Litacha Tamlicha,
MARS dari RSU Bunda Jakarta, orang awam akan kesulitan dalam mengenali kasus
emergency (darurat) dan proses penanganannya. Kasus emergency dapat berupa
penyakit atau kecelakaan. Perlu edukasi kepada orang awam. Orang di luar
profesi non-medis juga dapat mengenali tanda-tandanya dengan mengikuti
pelatihan.
Hal-hal yang perlu dihindari
pada kondisi gawat darurat
Orang awam memang tidak
mudah mengenali kondisi gawat darurat, namun masih bisa membantu menyelamatkan
pasien. Caranya adalah dengan tidak melakukan hal-hal tertentu yang bisa
memperburuk kondisi pasien, diantaranya adalah:
Membaringkan pasien
Membaringkan pasien dengan
kondisi gawat darurat dapat membuatnya sulit bernapas. Menurut dokter Ahmad
Riviq said, dokter spesialis anestesi, ketika pasien mengalami penurunan
kesadaran, pastikan ia tetap dapat bernapas. Maka dari itu, jangan membaringkan
pasien dengan posisi kepala yang membuat lidah jatuh ke belakang. Posisi
tersebut bisa menyumbat pernapasan yang pada akhirnya akan mempersulit pasien
untuk bernapas.
Sulitnya bernapas juga dapat disebabkan oleh penyumbatan cairan yang menyebabkan pasien sulit untuk menelan ludah. Kalau anda menemukan pasien gawat darurat dengan kondisi seperti itu, maka rebahkan pasien dengan dengan posisi miring seperti sedang memeluk guling. Hal ini dengan catatan bahwa pasien bukan pasien trauma. Memiringkan tubuh pasien dapat membantu pernapasan karena cairan akan mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga saluran napas pasien tidak tersumbat. Posisi ini disebut posisi mantap (recovery position).
Sulitnya bernapas juga dapat disebabkan oleh penyumbatan cairan yang menyebabkan pasien sulit untuk menelan ludah. Kalau anda menemukan pasien gawat darurat dengan kondisi seperti itu, maka rebahkan pasien dengan dengan posisi miring seperti sedang memeluk guling. Hal ini dengan catatan bahwa pasien bukan pasien trauma. Memiringkan tubuh pasien dapat membantu pernapasan karena cairan akan mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga saluran napas pasien tidak tersumbat. Posisi ini disebut posisi mantap (recovery position).
Posisi mantap, menurut
Riviq, perlu dilakukan walaupun pasien diketahui masih bisa bernapas. Jika
pasien tidak dibaringkan miring meskipun tetap bisa bernapas, cairan akan masuk
ke saluran napas dan bisa menyumbatnya.
Jangan diberi minum
Menurut dr. IGAE Nari Laksmi
Dewi, dokter spesialis Bedah, pasien dengan kondisi gawat darurat sebaiknya
tidak diberi minum. Orang awam umumnya memberi minum pada pasien ketika ia
dalam kondisi gawat darurat. Mungkin ini dimaksudkan agar pasien lebih tenang,
namun sebenarnya cara ini tidak tepat. Laksmi menuturkan bahwa pasien sebaiknya
dipuasakan dan tidak diberi minum. Hal ini untuk meminimalkan risiko yang
mungkin terjadi ketika waktu pembiusan. Ia menambahkan, perut pasien akan penuh
jika diberi minum. Ketika pasien dibius di rumah sakit, ia bisa muntah, dan
muntahannya berisiko masuk ke paru-paru.
Jangan sembarangan
memindahkan pasien
Pada kasus gawat darurat
korban kecelakaan, sebaiknya jangan terlalu gegabah dalam memindahkan si
korban. Menurut Riviq, pada kondisi trauma, korban harus ditangani oleh seorang
yang ahli. Jangan sampai maksud menolong justru malah menambah parah kondisi
korban. Misalnya kejadian kecelakaan di jalan, korban tidak bisa dipindahkan sembarangan.
Memindahkan korban dalam kondisi gawat darurat secara keliru dapat berakibat
fatal, bahkan meninggal.
No comments:
Post a Comment