Menurut saya, apa yang dilakukan orang-orang seperti
ini bisa dijadikan panutan bagi para pejabat publik lainnya di Indonesia.
Berhubung saat ini masih awal tahun, artikel ini saya buat untuk menginspirasi kita
semua dalam melangkah di tahun 2013 yang baru dimulai.
Tidak hanya untuk menginspirasi para pejabat
lainnya, tapi juga para blogger sekalian dan rakyat Indonesia pada umumnya.
Semoga di tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya semakin banyak orang Indonesia
yang berpemikiran seperti mereka.
Dan inilah para pejabat publik yang enggan
menerima gajinya dalam posisi mereka sebagai pejabat publik :
1. Dahlan Iskan
Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan paham betul
pentingnya merebut kepercayaan. Itu sebabnya, saat dia menjadi Direktur Utama
PLN, mantan wartawan ini memilih tak mengambil gaji dan tidak menempati rumah
dinas yang sudah disediakan.
" Citra PLN itu adalah sarang korupsi.
Untuk mengubah citra itu, penting menunjukkan pada publik bahwa saya selaku
Dirut tidak bermewah-mewah dan mau berkorban. " kata Dahlan dalam diskusi
Transformasi BUMN Menuju Pentas Global yang diadakan Tempo di Hotel Kempinsky
Jakarta.
Dahlan, dengan gayanya yang rileks, bersepatu
kets kesukaannya serta tanpa jas dan dasi menjelaskan bahwa dengan tidak
mengambil gaji, bukan berarti dia berkorban. "Ya tidaklah... saya kan sudah
kaya... lihat ini, sepatu kets saya mahal lo.." Katanya yang segera
disambut gelak tawa hadirin.
Dahlan juga berjanji akan membentengi para
direksi BUMN bila ada pihak luar yang mencoba merecoki mereka. "Tugas saya
membentengi mereka. Biarlah mereka bekerja dengan baik," katanya.
2. Joko Widodo
Jarang
terdengar bahwa pejabat di Indonesia tidak mau menerima gajinya, justru
kebanyakan dari mereka meminta kenaikan gaji. Namun, pejabat yang satu ini,
mantan Wali Kota Solo Joko Widodo, berbeda dengan pejabat lainnya. Dulu selama
menjabat sebagai wali kota, ia tidak pernah sekali pun mengambil gaji yang
menjadi haknya. Hal ini dengan malu-malu diungkapkannya ketika ditanya oleh
salah satu peserta seminar "Gerakan Perempuan Mewujudkan Good
Governance" di Hotel Menara Peninsula, Jakarta.
"Gaji wali kota Rp 6,5 juta. Potong
pajak jadi Rp 5,5 juta. Saya tidak pernah nanya. Saya merasa, memang saya
sebenarnya butuh uang, tapi ada orang lain yang lebih membutuhkan uang ini dari
kita," tutur Joko sambil tersenyum.
Joko mengaku, ia dan istrinya memiliki
pendapatan dari usaha lain. Oleh karena itu, ia merasa masih cukup terpenuhi
kebutuhannya dengan hasil kerjanya yang lain. Sebelum menjadi wali kota, ia
telah memiliki usaha mebel rumah dan taman, bahkan telah eksis di beberapa
negara. Usaha ini tetap ia jalankan setelah terpilih menjadi wali kota.
"Kami hidupnya dari income yang lain.
Saya enggak pernah pakai gaji saya. Hanya tanda tangan slip gajinya, tapi
enggak pernah lihat uangnya," imbuhnya.
Selama menjabat, Joko menambahkan, ia tak
pernah sekali pun melakukan lobi terkait dengan program-program kegiatannya
dengan anggota Dewan. "Saya enggak suka melobi ke Dewan. Takutnya malah
jadi ada deal-deal yang enggak jelas. Selama hampir lima tahun menjabat wali
kota, kalau saya punya program, saya berikan pada koran minta dipublikasikan.
Setelah itu, akan ketahuan dan terkumpul pendapat masyarakat. Nah, kalau
setuju, baru saya jalankan program itu. Kalau tidak setuju, ya dikaji
lagi," katanya.
Namun, Joko tak mau menceritakan lebih jauh
lagi mengenai alasan yang melatari untuk tidak menerima gaji sebagai Wali Kota
Solo. Ia hanya berharap bisa bekerja dan melakukan yang terbaik untuk Kota
Solo.
"Enggak usah ditanya lagi soal itu. Tadi
itu saya terpaksa ngomong karena ada yang bertanya dalam seminar. Saya tidak
ingin membahas soal itu," katanya sembari tertawa.
Joko Widodo telah dua kali terpilih menjadi
Wali Kota Solo. Pria yang biasa disapa Jokowi ini terpilih untuk pertama kali
tahun 2005, dan terpilih kembali untuk masa jabatan 2010-2015. Dan kini ia
terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk masa jabatan 2012-2017.
3. Fathul
Huda
Bupati
Tuban, Jawa Timur, Fatkhul Huda, berjanji tidak mengambil gajinya selama lima
tahun masa kepemimpinan periode 2011-2016. Gajinya akan dia kumpulkan untuk
kegiatan amal dan diberikan kepada orang miskin.
“Selama lima tahun, gaji saya tidak akan saya
ambil,” kata Fatkhul Huda usai dilantik sebagai Bupati Tuban oleh Gubernur Jawa
Timur Soekarwo.
Kalau janji Fatkhul ini dipenuhi, dia adalah
Bupati pertama yang menyatakan tidak mengambil gajinya. Meski gajinya adalah
hak sebagai Kepala Daerah, tetapi, Fatkhul justru menyatakan bahwa dari segi
materiil dirinya sudah merasa berkecukupan. Untuk itu, dia memerintahkan Kepala
Bagian Umum Pemerintah Tuban untuk mengumpulkan gajinya setiap bulan dan
selanjutnya akan diberikan kepada orang membutuhkan.
Fatkhul yang juga pengusaha batu bara,
peternakan sapi, dan rumah sakit ini juga menyatakan jabatan sebagai bupati
tidak berarti segala-galanya di daerah. Dia mencontohkan, dirinya juga tidak
akan menggunakan fasilitas pemerintah, terkecuali yang menyangkut dengan
simbol-simbol negara, seperti rumah dinas, kendaraan dinas, dan sejumlah
fasilitas yang melekat secara kedinasan jabatan bupati. “Saya kira yang
wajarlah,” katanya.
Selama menjabat, Fatkhul berjanji akan
memprioritaskan sejumlah program kerja, antara lainnya mengentaskan kemiskinan
dan menambah lapangan kerja.
Pasangan K.H. Fakhul Huda-Noor Nahar Husein
dilantik menjadi Bupati Tuban periode 2011-2016 setelah sebelumnya mengalahkan
para pesaingnya, yakni pasangan I Kristiawan ( Ketua DPRD Tuban ) dengan Wakil
Calon Bupati Haeny Relawati. Haeny Relawati maju sebagai calon Wakil Bupati
Tuban, karena sudah pernah menjabat sebagai Bupati Tuban selama dua kali.
No comments:
Post a Comment