Di Riau, Bengkalis dan Mandau, kawasan
seputar Pematang Pudu lebih dikenal dengan nama Duri. Ini merujuk pada sebuah
ladang minyak raksasa yang sejak berpuluh tahun lalu dalam penguasaan raksasa
minyak Amerika Serikat Caltex. Chevron Pasifik Indonesia adalah entitas baru
gabungan Caltex dan Texaco Inc., raksasa minyak Amerika lainnya.
Chevron Pacific adalah produsen minyak
terbesar Indonesia yang 100% sahamnya milik Chevron Corporation, gergasi
Amerika Serikat. Beroperasi sejak 1985, di ladang minyak Duri Field kini
memiliki 185 sumur minyak produksi.
Dalam laporan situs Okezone, PT PLN (Persero)
mengaku tidak bisa berkutik jika pemerintah tidak memberikan dana cadangan
risiko fiskal energi sebesar Rp 23 triliun yang masuk dalam APBNP 2012.
Pasalnya, dana subsidi listrik yang disetujui DPR dan pemerintah sebesar Rp65
triliun tidak cukup menutup tingginya harga BBM.
"Untuk operasional (subsidi Rp65
triliun) cukup dan ada sisa untuk bayar utang tetapi hanya bisa bayar
sepertiga, makanya kita bilang enggak cukup untuk bayar utang, jadi tolong
ditambah untuk bayar utang," ungkap Direktur Utama PLN Nur Pamuji ditemui
di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta.
Sebenarnya siapa yang diuntungkan dari
subsidi dan utang ini??
2011, atas nama solidaritas dan keprihatinan,
PT Perusahaan Gas Negara pernah meminta pemerintah agar mengizinkan perusahaan
kembali memenuhi komitmen suplai gas ke PT Perusahaan Listrik Negara. Satu
tahun terakhir, perusahaan memangkas suplai ke PLN 100 juta metric standard
cubic feet (mmscfd) dan mengalihkannya ke PT Chevron Pacific Indonesia, sesuai
keinginan Jakarta.
Seperti PLN, Perusahaan Gas adalah perusahaan
negara, pemilik dan pengelola jaringan pipa gas 5.800 kilometer di seluruh
Indonesia. Lewat kontrak pembelian gas jangka panjang, perusahaan mengalirkan
gas dari berbagai ladang gas di Jawa dan Sumatera, lalu menyalurkannya ke
pelanggan tetap perusahaan, utamanya kalangan industri. Pipa gas perusahaan
membentang dari Medan hingga Jawa Barat, dari Sumatera Selatan hingga
Singapura.
Per Desember 2009, pemerintah menguasai
56,98% saham Perusahaan Gas. Saham sisanya diperdagangkan di bursa efek. Asing
menguasai 73% lebih saham perusahaan yang diperjualbelikan di bursa efek.
Kata Direktur Perusahaan Gas, Hendi P.
Santoso waktu itu, izin pemerintah bakal meringankan beban PLN. “Jika 100 juta
metric standard cubic feet (mmscfd) gas bisa dialirkan ke PLN, perusahaan bisa
mengurangi pemakaian minyak diesel 727.000 kiloliter dan pemerintah bisa
berhemat Rp 5,5 triliun tahun ini,” kata Hendi ke Komisi VII DPR, seperti
dikutip The Jakarta Post.
Permintaan ‘mulia’ Perusahaan Gas ini mimpi
buruk bagi Jakarta. Setahun terakhir, pemerintah memaksa perusahaan membelokkan
suplai gas untuk PLN ke Chevron Pacific agar yang terakhir bisa menggenjot
produksi minyak mentahnya dan Jakarta mendapat tambahan devisa.
Chevron Pasific menyumbang 40% dari total
produksi minyak nasional. Lebih dari seperempat total produksi minyak
perusahaan, mencapai rata-rata 485.000 barel per hari pada 2009, berpusat dari
ladang minyak Duri di Riau.
Minyak Duri yang terbaik kualitasnya di
Indonesia, harganya paling tinggi dan kerap menjadi acuan harga minyak mentah
dalam negeri.
Di Duri sejak 1985, Chevron Pasific
menggunakan teknologi steamflood. Gas bertekanan tinggi disemprotkan ke perut
bumi demi memancing minyak mentah. Perusahaan berdalih teknologi ini –
penggunannya di Duri terbesar di seluruh dunia – pas dengan " kondisi " minyak di
perut bumi Duri, ketimbang teknologi pengeboran menggunakan air (lebih murah)
atau penyuntikan bahan kimia (jauh lebih mahal).
Pada 2009, teknologi injeksi gas digunakan pada
80% sumur minyak di Duri.
Chevron Pasific sejauh ini mengandalkan
suplai gas dari Grissik, ladang gas di Sumatera Selatan yang dioperasikan oleh
ConocoPhillips Indonesia, anak perusahaan raksasa perminyakan Amerika,
ConocoPhillips. Di luar untuk kepentingan pengeboran, Chevron Pasific juga
menggunakan gas dari ConocoPhillips untuk pembangkit listrik sendiri.
Gas dari Grissik itu dialirkan dalam jaringan
pipa gas 536 kilometer hingga ke Duri. Pemilik dan pengelola jaringan pipa gas
Grissik-Duri adalah PT Transportasi Gas Indonesia, anak Perusahaan Gas.
Ada cerita lain di sini, sebenarnya. Pada
1995, Perusahaan Gas mengambil utang US$ 218 juta dari konsorsium ADB, Japan
Bank for International Cooperation, dan European Investment Bank. Perusahaan
menggunakan utang itu untuk pembangunan jalur pipa gas Grissik-Duri dan satu
lagi jalur pipa gas Grissik-Batam.
Tapi utang itu – meski nilanya tak seberapa
besar – punya syarat yang membunuh. ADB mengharuskan Perusahaan Gas mengubah
status hukum dari perusahaan milik negara menjadi perusahaan terbatas. ADB juga
mewajibkan Perusahaan Gas membuat anak perusahaan di mana investor asing boleh
menguasai 20%-40% saham.
Pada 1996, Perusahaan Gas mengubah status
hukum dan mengucurlah pinjaman dari konsorsium ADB. Dua tahun setelahnya, pada
1998, perusahaan merampungkan pembangunan jalur Grissik-Duri. Pembangunan jalur
pipa Grissik-Batam belakangan berhenti karena krisis moneter.
Perusahaan Gas lalu meminta perpanjangan
tempo dengan menjanjikan pembangunan jalur pipa hingga Singapura. Konsorsium
ADB setuju dan, sebagai konsekuensi dari perjanjian, pada 2002, Perusahaan Gas
resmi menjual 40% sahamnya di Transportasi Gas ke Transasia Pipeline Company
Pvt. Ltd.
Transasia Pipeline adalah patungan empat
perusahaan asing: ConocoPhillips Indonesia (35%), Singapore Petroleum Company
Limited (15%), Talisman Energy (15%) dan Petronas (35%).
Lepas penjualan itu, saham Perusahaan Gas di
Transportasi Gas tersisa 59,87%. Saham lebihnya, 0,13% milik yayasan pegawai
Perusahaan Gas.
Kembali ke soal suplai gas ke Duri. Pada
Februari 2010, pemerintah meminta Perusahaan Gas mengalihkan suplai gas yang
semestinya ke PLN ke Chevron di Duri. Pemerintah berdalih kebijakan itu untuk membantu
Chevron menggenjot produksi dan pada gilirannya memperbesar peluang penerimaan
devisa negara.
Keputusan ini kabar baik bagi Chevron Pacific
yang menikmati gas murah, jauh di bawah harga ekspor. Tapi bagi PLN, keputusan
Jakarta itu tak ubahnya sembilu. Sejak pengalihan gas ke Chevron Pacific, PLN
praktis berdarah-darah. Perusahaan harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk
pembelian minyak diesel yang harganya terus melambung.
Pemerintah jelas terus terjepit. Di satu
sisi, tawaran Perusahaan Gas membuka peluang penghematan Rp 5,5 triliun. (Angka
yang besar bila mengingat dari rencana penghentian penjualan bensin bersubsidi,
pemerintah ‘hanya’ menargetkan penghematan subsidi Rp 3,8 triliun). Di sisi
lain, penawaran itu menghidupkan bayang-bayang susutnya devisa.
Ada pilihan lain, sebenarnya, dan ini relatif
lebih ‘adil’. Alternatif termasuk membiarkan Chevron Pacific mencari sendiri
suplai gas dari berbagai ladang gas di Sumatera. Gas banyak, persoalannya
tinggal kemauan Chevron Pacific. Perusahaan menolak gagasan itu karena masih
berharap Jakarta memberi fasilitas berupa ‘gas murah’ Perusahaan Negara untuk
PLN.
Tapi, dalam sebuah laporan berita yang
dirilis oleh detikFinance dikatakan, dalam 12 tahun ke depan cadangan minyak
Indonesia bakal ludes alias habis. Saat ini ternyata jumlah cadangan minyak
tinggal 4 miliar barel. Hal ini disampaikan oleh Wakil Direktur Reform Miner
Institute, Komaidi Notonegoro.
" Cadangan (terbukti) minyak kita tinggal
4,3 miliar barel. Dan itu akan habis dalam 10-12 tahun mendatang. " tegas
Komaidi.
Menyikapi masalah ini, Kepala Divisi Humas,
Sekuriti, dan Formalitas, Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (BP Migas) Gde
Pradnyana mengatakan, cadangan minyak defisit karena lebih banyak yang disedot
ketimbang penemuan cadangan baru.
"Di 2010, angka cadangan minyak kita itu
4,3 miliar barel dan kita sedot tiap tahun 330 juta barel (900 ribu-1 juta
barel per hari). Maka di 2011 cadangan kita terbukti tinggal 4 miliar
barel," ujar Gde.
Selamat untuk Chevron Pacific, sebentar lagi
kalian pasti hengkang dari Indonesia setelah puas menyedot habis semua energi
di perut bumi Indonesia. Dan beginilah "hebatnya" saat pejabat
pemerintah membuta hati pada kemampuan dan kehebatan anak-anak bangsa. Pada
kian banyaknya aset vital dan menguntungkan negara yang di gadaikan ke tangan
gergasi asing.
No comments:
Post a Comment