Pada
1991, astronom menembakkan sinyal radar dari bumi ke Merkurius dan menerima
hasil yang menunjukkan mungkin ada es di kedua kutub planet itu.
Dugaan
awal ini diperkuat pengukuran tahun 1999, menggunakan sinyal radar Arecibo
Observatory microwave di Puerto Rico, yang juga menunjukkan daerah putih yang
diduga sebagai air es.
"Bagaimanapun
diperlukan pesawat antariksa untuk melihat lebih dekat," ujar Gregory
Neumann, ilmuwan proyek Messenger di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA,
Maryland, Jumat, 30 November 2012.
NASA
pun meluncurkan Messenger untuk mengorbit ke Merkurius pada bulan Maret 2011.
Sejak itu, Messenger meneropong kutub Merkurius menggunakan altimeter laser dan
menemukan sejumlah titik terang pertanda es.
Neumann
masih ingat, anggota tim John Cavanaugh cukup yakin dengan yang mereka temukan
di Merkurius. Cavanaugh dulunya merupakan bagian tim Lunar Reconnaissance
Orbiter NASA. "Ia telah melihat pola aneh yang sama saat menemukan es di
kutub bulan pada 2009," ujarnya.
Namun
temuan ini juga memunculkan tanda tanya. Mengapa ada air di planet yang suhunya
bisa mencapai 427 derajat Celsius? Padahal air mendidih dan menguap pada suhu
100 derajat Celsius.
Messenger
langsung diarahkan ke tempat-tempat yang tepat untuk mencari area terang dan
kemudian mengukur suhu dan komposisinya.
Neumann
mengatakan, spektrometer neutron Messenger memang menangkap keberadaan
hidrogen, yang merupakan komponen utama molekul air, di kutub Merkurius. Tetapi
profil temperatur justru menunjukkan bahan berwarna gelap dan mudah menguap
yang bercampur dengan es. "Kami menduga air es Merkurius dilapisi
"selimut" tahan panas setebal 10 sentimeter," katanya.
Kini
para ilmuwan NASA sedang memburu bahan organik di planet tersebut. Proses
pencarian ini akan memakan waktu jauh lebih lama. Namun tanda-tanda awal sudah
terlihat. Neumann mengatakan kurva temperatur awal bisa menunjukkan adanya
bahan organik, seperti asam amino.
No comments:
Post a Comment